Login

Populer

Stasiun Penelitian Soraya, Laboratorium Rimba Para Peneliti Dunia

Femini.id – Soraya adalah nama stasiun penelitian yang merupakan salah satu dari tiga stasiun penelitian yang ada di hutan Aceh. Tempat itu tidak hanya untuk penelitian tapi juga untuk pelatihan konservasi dan edukasi, peneliti dari berbagai kalangan mahasiswa bahkan akademisi di seluruh dunia pun tertarik meneliti disana.

Stasiun Penelitian Soraya melalui drone. Foto: Junaidi Hanafiah

Stasiun Penelitian Soraya yang berada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), Kota Subulussalam, Aceh, merupakan laboratorium rimba bagi para peneliti karena keanekaragaman hayati flora dan fauna yang ada di KEL itu. Selain Soraya, terdapat stasiun penelitian lainnya yaitu Stasiun Penelitian Ketambe di Aceh Tenggara dan Stasiun Penelitian Suaq Belimbing di Aceh Selatan.

Ibnu Hasyem, Koordinator Riset, Edukasi dan Database Forum Konservasi Leuser (FKL), mengatakan Soraya dibangun diatas konsesi penebangan sejak 1992 dan sempat terjeda karena bekas industri usaha kayu.

Tim restorasi menebang pohon sawit untuk ditanam kembali tanaman pohon lain. Foto: Femini.id/Fatma

Kemudian sejak 2016, FKL bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh mengaktifkan kembali kawasan tersebut dengan area pengelolaan soraya seluas 1600 haktare.

“Sementara, untuk area yang sering digunakan sebagai penelitian dan telah ada trail nya ada sekitar 350 haktare. Soraya bukan hanya untuk penelitian, tapi juga pelatihan konservasi dan edukasi,” kata Ibnu, Rabu, 29 Maret 2023.

Orangutan di kawasan Stasiun Penelitian Soraya. Foto: Femini.id/Fatma

Ibnu mengungkapkan, dulu hutan di kawasan tersebut bagus dan terdapat satwa liar dilindungi, seperti orangutan, gajah, harimau, badak sumatera. Serta berbagai jenis kayu kualitas tinggi ada disana seperti meranti, damar, gaharu, kapur, dan jenis lainnya.

“Pasca hutan rusak karena pohon ditebang dan satwa sudah tidak banyak lagi, kini satwa-satwa itu kembali lagi ke kawasan ini setelah hutan telah kembali pulih,” ujarnya.

Sepasang rangkong di kawasan hutan Soraya. Foto: Femini.id/Fatma

Ibnu menerangkan, Stasiun Penelitian Soraya berfungsi untuk melindungi pertumbuhan hutan yang telah ditebang dan memulihkan hutan sekitarnya, serta mempromosikan penelitian keanekaragaman hayati di hutan sekunder.

“Meski Stasiun Penelitian Soraya sempat terjeda dari tahun 1999 hingga 2016 akibat konflik Aceh yang masih berlangsung dan kawasan hutan di sekitarnya menjadi basis kelompok separatis. Namun, pada 2016 FKL bersama beberapa pihak membangun kembali stasiun ini dan sekarang telah beroperasi penuh, dan kembali menyambut para peneliti di seluruh dunia,” jelasnya.

Para pelajar SMA Negeri 1 Tapaktuan, sedang meneliti tentang tumbuhan yang ada di kawasan Stasiun Penelitian Soraya. Foto: Femini.id/Fatma

Manager Stasiun Riset Soraya, Feri Sandria S, menyatakan setiap bulannya banyak peneliti yang melakukan penelitian disana.

“Para peneliti ada dari mahasiswa S1 hingga S3, lokal maupun Warga Negara Asing (WNA). Untuk peneliti lokal hampir setiap bulan pasti ada yang meneliti kesini, sedangkan untuk peneliti WNA semenjak covid-19 sudah berkurang,” kata Feri.

Ibbrahim Advisor Stasiun Riset Soraya. Foto: Femini.id/Fatma

Sementara itu, Ibbrahim Advisor Stasiun Penelitian Soraya, mengungkapkan dirinya sering mendampingi peneliti-peneliti ternama seperti Carel Van Schaijck, Nico Van Strein, Elizabeth Fox, dan Ian Singleton. Meski demikian ia juga selalu bersedia mendampingi peneliti-peneliti muda Indonesia.

 

- Advertisement -

Berita Terkait