Populer

Perilaku Orang Tua Yang Berpotensi Meninggalkan Childhood Trauma

Femini – Orang tua yang menyangkal apa yang sebenarnya dirasakan atau dialami anak seperti saat anak bercerita, dia sedih karena dijauhi temannya, respon orang tua, “Nanti juga kamu ada teman yang lain, bukan masalah besar, Nak! Nanti juga membaik.”

Orang tua yang fokus memenuhi basic needs anak, tapi lupa “mengisi” emotional needs anak. Biasanya tampil pada orang tua yang maksimal memberi kebutuhan materi, pendidikan, dan fasilitas anak, tapi sulit menunjukkan kehangatan dan kasih sayang saat berinteraksi dengan anak. Kamu main sendiri dulu ya. kan Ibu udah beliin buku yang bagus tuh. Baca sendiri ya.

Orang tua yang “menitipkan” mimpinya dulu yang tidak tercapai, orang tua berharap pada anak untuk mengobati perihnya kegagalan yang ia alami di masa lalu. Misalnya, “Ibu dulu mau jadi dokter tapi gak bisa, akhirnya jadi perawat. Nanti pokoknya kalau kamu udah gede jadi dokter ya, Nak”

Orang tua yang kesulitan membuat batasan (bounc untuk dirinya sendiri dan berelasi dengan anak. Ayah yang diam-diam membaca diary anak tanpa seizin anak, Ibu yang menceritakan konflik dirinya dan suami, kepada anak sendiri, seolah anak adalah “teman curhat sebayanya”. Ya maaf deh Ayah baca buku diary Kakak, lagian sama orang tua kok rahasia-rahasiaan. Orang tua yang “bertopeng” juga terlalu fokus pada penampilan luar anak.

Misal, mengomentari bagaimana anak menata rambutnya, tentang berat badan anak, bahwa anak harus selalu enak dipandang. Termasuk pada anggota keluarga yang ketika di rumah penuh kemarahan, tapi saat bersama orang lain akan memasang “topeng dengan berperilaku sopan dan menyenangkan.

Kamu kok pake baju merah sih? Malu nanti dilihat Tante sama Om Norak tau ganti ah!

Ketika anak mengalami trauma, kita perlu tahu cara tepat untuk mendampinginya. Yuk femini’s, kita belajar bersama!

- Advertisement -

Berita Terkait