Populer

Memahami Respon Ruang Disabilitas Melalui Konsep Deaf Space di Desa Wisata Lubuk Sukon

Femini.id – Kesadaran terhadap budaya tuli melalui konsep Deaf Space (ruang tuli) untuk memahami respon ruang bagi Teman Tuli (disabilitas pendengaran) sangat penting untuk mendukung disabilitas agar dapat berinteraksi.

“Melalui konsep ruang deaf space yang merupakan prinsip pengaplikasian pada bangunan atau ruang sehingga mendukung teman teman tuli agar dapat berinteraksi dengan ruang,” kata Founder Dizain Studio, Yusrivai Khatami, Kamis,  21 April 2022.

Rivai mengatakan, konsep tersebut merespon budaya tuli menjadi elemen pembentuk ruang, pengaplikasiannya seperti penggunaan banyak kaca di setiap dinding dan penggunaan ramp.

“Serta menggunakan balkon disisi bangunan dan masih banyak lagi konsep-konsep lainnya,” ujarnya.

Pihaknya mengungkapkan, terlebih pada konsep wisata di Aceh seperti di salah satu Desa Wisata Lubuk Sukon, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, yang menyimpan lebih dari 80 Rumoh Aceh sebagai identitas Arsitektur Aceh.

“Arsitek hadir sebagai elemen masyarakat yang memiliki potensi dalam mendorong kesadaran mengenai budaya tuli dan konsep wisata di desa,” ucap Rivai.

Hal tersebut bertujuan untuk mengedukasi terkait budaya tuli dan konsep deaf kepada masyarakat. Membangun sinergitas elemen masyarakat untuk mendukung pariwisata di Aceh salah satunya Desa Wisata Lubuk Sukon.

“Agar tempat wisata juga ramah terhadap disabilitas, sehingga kita mendorong tempat-tempat wisata di Aceh seperti di Desa Wisata Lubuk Sukon ini yang merupakan desa wisata terkenal di Aceh agar dapat menjadi tempat wisata yang ramah bagi siapapun termasuk teman-teman berkebutuhan khusus,” harap Rivai.

Hal tersebut dinyatakan oleh Rivai dalam Aksi Arsi Peduli (AAP) 2022 yang bertemakan (Encourage Cultural Diversity: “Kita sama hanya berbeda cara, memahami respon ruang teman teman tuli”) yang diadakan oleh Dizain Studio yang merupakan startup Aceh yang bergerak di bidang arsitektur, interior dan furniture.

“Event ini merupakan upaya langkah nyata dari Arsitek merespon isu-isu di masyarakat terkait isu bangunan,” jelasnya.

Kegiatan yang dilaksanakan di musala Desa Wisata Lubuk Sukon tersebut dihadiri oleh Kepala Desa, Perangkat Desa, Ketua Pengelola Wisata Gampong Lubuk Sukon Fahry Purnama, Dosen Arsitektur Universitas Syiah Kuala (USK) Zulfikar Taqiuddin, Teman-teman tuli dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa).

- Advertisement -

Berita Terkait