Femini.id – Beberapa sikap balita berikut ini memang terlihat sepele. Namun bila tidak segera diatasi akan menjadi karakter buruk dalam diri anak. Dan tentunya akan menyusahkan orangtua itu sendiri.
Memang ada untung dan ruginya ketika orangtua mengabaikan perilaku anak yang terlihat sepele berikut. Namun bila tidak diberikan tindakan secara perlahan untuk mengubahnya, maka masalah perilaku kecil bisa berkembang menjadi karakter buruk.
1. Pura-pura tidak mendengar
Perilaku balita ini dikenal dengan istilah selective hearing atau pendengaran selektif, dimana anak hanya mendengar hal yang ingin mereka dengar saja. Perilaku seperti ini terkadang membuat orangtua kesal karena harus berulang kali ketika memanggilnya atau memintanya melakukan sesuatu. Mungkin terlihat sepele, tapi di masa depan akan menjadi semakin sulit untuk membuatnya langsung mendengar ucapan orangtua.
Untuk mengatasinya: Hentikan kebiasaan mengulang perintah atau panggilan dari jauh. Bila ingin anak melakukan sesuatu, dekati anak dan tepuk sambil memintanya melihat. Katakan permintaan atau perintah sekali saja, lalu tunggu responnya. Bila buah hati tidak kunjung melakukan apa yang diminta, berikan konsekuensi yang sesuai.
2. Sengaja menyakiti orang lain
Perilaku yang ditunjukkan biasanya anak akan memukul, menggigit, atau melempar benda ke orang lain. Masalah perilaku ini umumnya terjadi karena balita tidak tahu cara meluapkan emosi negatif dengan sehat. Bila tidak segera dihentikan bisa berkembang menjadi lebih agresif dan sulit mengendalikan amarah.
Untuk mengatasinya: Mengajarkan anak untuk mengenali dan melabeli perasaannya. • dorong anak untuk meluapkan emosi negatifnya secara sehat, baik melalui perkataan, memukul mainan drum, berlari di halaman, atau mencoret kertas.
3. Menunjukkan sikap tidak menghargai
Anak balita memang sedang gencar mencoba batasan dan toleransi orangtuanya. Itulah kenapa anak seringkali akan menunjukkan sikap tidak menghargai seperti marah besar saat disuruh membereskan mainan, membantah, atau memutar mata saat diberikan nasihat.
Bila terus dibiarkan, masalah perilaku balita ini akan menjadi sikap kasar dan tidak tahu sopan santun yang akhirnya bisa menyusahkan orangtua.
Untuk mengatasinya: Berikan ketegasan mengenai perilaku benar yang mamah inginkan dan anak lakukan. Contoh dengan perkataan: “Kamu baru boleh main di luar kalau sudah selesai membereskan mainan” atau “Mamah baru akan menjawab kalau kamu memelankan suara dan berbicara dengan tenang.”
4. Memotong pembicaraan
Perilaku balita ini memang tidak merugikan siapapun, tapi bisa tumbuh menjadi kebiasaan jelek bila tidak diberikan batasan yang jelas. Seringkali anak melakukannya karena terlalu bersemangat dan tidak bisa menahan diri untuk menceritakan sesuatu pada orangtuanya.
Untuk mengatasinya: Saat lain kali ia melakukannya, pegang tangannya sebagai tanda orangtua menyadari keberadaannya, tapi terus lanjutkan pembicaraan orangtua hingga selesai. Setelah selesai, baru berikan perhatian penuh dan dengarkan apa yang ingin dikatakannya.
5. Membesar-besarkan cerita sebenarnya Kebanyakan kita merasa perilaku balita ini bukan suatu masalah, karena menganggap perilaku ini disebabkan oleh imajinasi anak yang begitu tinggi.
Nyatanya, membesarkan, atau mendramatisir cerita bisa dikategorikan sebagai white lies atau kebohongan kecil yang bisa berkembang menjadi kebohongan besar dengan konsekuensi jangka panjang yang cukup berat.
Untuk mengatasinya: Bila orangtua menemukan tanda bahwa anak akan berbuat demikian segeralah untuk berhenti memberikan pertanyaan. Sehingga tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk berbohong lebih lanjut. Beritahukan kepada si kecil bahwa orangtua mengetahui cerita yang sebenarnya. Ingatkan kepada anak bahwa apapun yang terjadi, orangtua lebih menyukai anak yang berkata jujur.
Ingat! Untuk mengubah perilaku buruk tersebut sangat diperlukan kesabaran dan konsistensi dari orangtua. Lakukan perlahan dengan tujuan yang jelas.