Populer

Limbah Propagul Mangrove Disulap Jadi Briket Arang Ramah Lingkungan

Banda Aceh: Di tengah lahan konservasi Mangrove Park Lampulo, Kota Banda Aceh, tumpukan propagul mangrove yang membusuk seringkali dipandang sebagai limbah yang mengganggu. Namun, di tangan para peneliti dan kelompok pemuda setempat, limbah ini disulap menjadi briket arang yang menjanjikan, membuka pintu bagi solusi energi alternatif dan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir.

Kawasan mangrove park Lampulo, Banda Aceh.

Kawasan seluas 11 hektar yang dikelola oleh Pemuda Peduli Mangrove Kutaraja (Pemangku) ini tidak hanya fokus pada pembibitan dan penanaman. Menurut Dosen Prodi Ilmu Kelautan (FKP) dan Prodi Manajemen Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu, Universitas Syiah Kuala (USK) yang juga Ketua pengabdian kepada masyarakat berbasis produk teknologi tepat guna (PKMBP-TTG) Irma Dewiyanti, mengatakan propagul yang gagal tumbuh justru menjadi masalah spesifik.

“Propagul mangrove yang jatuh dan mati sering menumpuk, mengganggu lingkungan dan regenerasi vegetasi mangrove itu sendiri,” kata Irma, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, timnya mentransfer ilmu untuk mengolah propagul menjadi briket biofuel ramah lingkungan. Inisiatif ini bertujuan multipihak, selain mengurangi limbah, briket propagul diharapkan dapat mengalihkan ketergantungan masyarakat pada kayu mangrove sebagai bahan bakar.

Pembuatan briket

“Kegiatan ini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir serta menambah nilai jual kawasan konservasi di mata pengunjung,” tambah Irma. Metode yang diterapkan mencakup sosialisasi, pembuatan alat pembakaran dan pencetak briket, serta pelatihan teknis yang berkelanjutan.

Fikri, Sekretaris Pemuda Peduli Mangrove Kutaraja (Pemangku), dengan antusias memandu pengunjung menuju dapur arang, tempat proses transformasi itu terjadi.

“Kalau menggunakan kayu bakau besar, prosesnya bisa memakan waktu hingga satu bulan. Untuk propagul, proses pembakaran hanya butuh dua hari dan pendinginan tiga hari. Kecepatan ini disebabkan oleh ukuran propagul yang kecil dan seragam,” jelas Fikri.

Kawasan mangrove park Lampulo, Banda Aceh.

Fikri mengungkapkan, sumber bahan baku pun melimpah, terutama karena jenis mangrove yang dominan di kawasan ini adalah rhizophora. “Saat panen raya, propagul yang jatuh sangat banyak dan justru bisa mempengaruhi kualitas air,” ujar Fikri.

Dengan memanfaatkan propagul yang gagal tumbuh dari kegiatan pembibitan, mereka mendapatkan bahan baku yang mudah dan berkelanjutan tanpa harus menebang pohon. Dari segi hasil, Fikri memperkirakan konversi propagul menjadi arang cukup efisien.

Briket dari limbah propagul mangrove

“Dari satu kilogram propagul, bisa dihasilkan sekitar 650 hingga 700 gram arang. Dengan potensi harga jual per pack-nya 20 hingga 30 ribu dengan isi 10. Briket yang dihasilkan dari arang propagul ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih mudah dan ramah lingkungan,” jelas Fikri.

Fikri berharap agar temuan ini dapat diteliti lebih lanjut sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian, briket propagul mangrove tidak hanya menjadi solusi lokal, tetapi juga dapat diadopsi secara luas sebagai sumber penghasilan tambahan yang baru bagi masyarakat pesisir, sekaligus menjaga kelestarian ekosistem mangrove.

- Advertisement -

Berita Terkait