Femini.id – Berawal dari kegemaran menulis dalam imajinasi kehidupan sebagai seorang siswi, Sifatun Nazirah, 12 tahun, Asal Peureulak, yang merupakan salah satu siswi kelas V-A Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, mengungkapkan isi hatinya kepada guru tercinta melalui tulisan dengan menulis puisi yang berjudul ‘Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’.

“Dengan puisi Sifatun bisa ungkapin apa yang ada di dalam hati untuk menghargai guru yang sudah banyak mengabdi untuk kami,” kata Sifatun kepada Femini.id, Jumat, 20 Mei 2022.

Anak ke 2 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Mahyiddin dan Ibu Aisyah tersebut mengaku sejak duduk di bangku kelas III sudah hobi membaca dan menulis, terlebih menulis puisi.

“Hobi membaca dan menulis puisi dari kelas tiga. Bisa nulis puisi karena diajarin sama ibu guru,” ujarnya.

Sifatun memilih tema ‘Guru’ karena dia melihat perjuangan gurunya yang tak lain yaitu wali kelasnya sendiri yang penuh kesabaran dan ikhlas dalam mendidik dan membina anak didiknya.

“Makasi Ibu karena udah sabar, ikhlas dan rela mengabdikan diri untuk mendidik kami,” ungkap Sifatun.

Sifatun memahami bahwa pengabdian Wali Kelas nya itu mengajar hingga ke wilayah pelosok daerah demi anak didiknya agar mereka berguna bagi nusa dan bangsa Indonesia. Seperti isi bait puisi yang diciptakan oleh Sifatun berikut:

“Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”

Karya : Sifatun Nazirah

Guru adalah pahlawan yang selalu dinaungi kesabaran dan ketabahan.
Sabar dan tabah dalam membina anak didiknya.
Guru adalah pahlawan yang selalu dinaungi keikhlasan dan pengorbanan.
Sehingga ia pun rela mempertaruhkan hidupnya hingga ke pelosok Negeri.
Karena Keikhlasannya, hingga tak terpikirkan olehnya untuk menghitung berapa ilmu yang telah ia bagikan.
Guru adalah pahlawan yang tak pernah lepas dari rasa cinta dan kasih sayang.
Menyemangati anak didiknya untuk berani mengukir mimpi dalam jejak perjalanannya.

Kegemarannya dalam menulis puisi tak lepas dari bimbingan dari guru Wali Kelas nya yang bernama Rini Susanti S.Pd, 36 tahun, asal Kota Banda Aceh, Rini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh, yang di tugaskan di MIN 4 Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, sejak 2019.

Rini mengatakan, anak-anak menulis puisi berdasarkan yang ia senangi dan yang ia rasakan. Sehingga, dalam menentukan tema puisi anak itu akan melihat di antara kehidupannya disekitar, seperti sebagai seorang murid yang ruang lingkupnya ada guru dan teman-temannya di sekolah.

“Misalnya mereka senang pemandangan alam pasti akan menulis tentang alam atau cerita tentang cita-cita masa depannya,” kata Rini.

Untuk memudahkan anak didiknya memahami arti dari pada puisi, Rini memiliki cara sendiri untuk menjelaskannya agar mudah dipahami dengan bahasa yang mudah di mengerti oleh anak-anak.

“Puisi adalah kata-kata indah yang memiliki banyak makna, bersifat (konotatif) atau memperindah suatu kalimat ungkapan pada sebuah kata,” ujarnya.

Rini menjelaskan, menulis puisi adalah suatu keterampilan berbahasa dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran dalam bentuk bahasa tulis dengan memperhatikan keterikatan pada unsur-unsur atau bait-bait puisi.

Dirinya selama ini telah memberikan pemahaman kepada anak didiknya dan membimbing untuk menciptakan dan menulis puisi dengan benar.

“Selama ini anak-anak sudah diberikan bimbingan dalam menciptakan dan menulis puisi, Insyaallah dengan terus berlatih dan belajar anak-anak dapat menghasilkan karya-karya yang lebih baik lagi kedepan,” tuturnya.

Untuk diketahui, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat, sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Para ahli menjelaskan arti puisi dalam definisi yang bervariasi.