Banda Aceh: Tiga seniman perempuan Aceh, Arifa Safura, Riska Munawarah, dan Zikrayanti, berkolaborasi dalam sebuah “Collective Event” bertajuk Inong Project. Pameran yang menggabungkan seni kontemporer dengan narasi sejarah perempuan dan syariat Islam ini akan digelar di Rumoeh Cut Nyak Dhien, Desa lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, pada 6 hingga 9 September 2025.
Proyek kolaboratif ini dihadirkan sebagai ruang perjumpaan bagi banyak suara dan imajinasi. Inong Project tidak hanya mempertemukan seniman rupa, tetapi juga melibatkan fotografer, musisi, aktris, dan pemantik diskusi dalam sebuah kolaborasi lintas disiplin yang kaya.
Karya-karya yang dipamerkan lahir dari percakapan panjang penuh ide. Mereka menegaskan bahwa karya ini bukan sekadar tafsir mentah tentang Aceh atau upaya serampangan mendefinisikan Cut Nyak Dhien. Melainkan, sebuah ikhtiar untuk membuka kembali dialog dan cerita sejarah yang dinilai perlu terus dibunyikan.
“Mari singgah, mari duduk, mari menjadi bagian dari percakapan yang berlanjut,” ajak para seniman dalam siaran persnya, mengundang publik untuk menikmati karya seni sambil menyeruput kopi dalam suasana hangat di Rumah Cut Nyak Dhien.
Kolaborasi ini menghadirkan tiga talenta seni Aceh dengan latar belakang dan medium yang beragam, berikut profilnya:
Arifa Safura, mulai aktif berkesenian sejak tahun 2014. Dalam proses pengkaryaannya, ia menelusuri sosok melalui pendekatan arsip, tutur, bunyi, lukisan dan instalasi. Tahun 2020 ia mendirikan perempuan berbicara sebagai medium pemulihan, dan advokasi nonlitigasi dengan tujuan mencari mitos interioritas perempuan, memperjuangkan kesetaraan, kampanye anti kekerasan berbasis gender, mencari keadilan, dan pemenuhan hak korban pelanggaran HAM.
Karyanya telah dipamerkan di Museum MACAN, Cemeti Institute, dan National Art Gallery of Malaysia. la juga terlibat sebagai seniman kolaborator Gwangju Bienanale.
Riska Munawarah, seorang fotografer dokumenter asal Aceh, menggunakan fotografi dan penceritaan visual untuk mengeksplorasi isu-isu identitas dan menyuarakan pendapatnya tentang kondisi sosial dan budaya di kota kelahirannya, khususnya tentang tantangan yang dihadapi perempuan dalam memperjuangkan hak-hak dasar mereka.
la telah menerima penghargaan atas foto dan cerita fotonya dari Prince Claus Seed Award dan POY Asia Contest 2023. Kary Karyanya telah dipamerkan di Jakarta Intemational Photo Festival 2022, Angkor Photo Festival 2023, Recontres De’Arles 2024, dan Tbilisi Photo Multimedia 2025. Karyanya juga telah dipublikasikan di The Guardian, Reuters, NRC, The Washington Post, dan lain-lain.
Zikrayanti, Lahir di Banda Aceh pada 24 November 1984, adalah dosen dan pegiat seni pertunjukan yang aktif di Aceh. Selain mengajar, ia rutin terlibat dalam berbagai produksi pertunjukan seni dan film pendek, berkontribusi pada pelestarian dan pengembangan budaya lokal melalui karya-karya yang bernuansa kreatif dan autentik.