Femini.id -Tidak ada ayah yang mau dianggap perannya tidak ada di rumah. Tidak juga ada ayah yang mau dianggap kehadirannya tidak ada di rumah. Tidak heran ketika diberikan fakta Indonesia dengan kategori fatherless country nomor 3 di dunia. Ternyata sebagian ayah “menolak” fakta itu.
Apa itu fatherless
Jika memang kehadirannya ayah ada, perannya ada, beruntung sekali keluarga itu menjadi keluarga kecil yang tidak mengalami fatherless. Secara sederhana fatherless adalah kurangnya kontribusi fisik dan jiwa ayah berada di rumah. Jika istri dan anak terpenuhi lahir dan batinnya maka keluarga Anda selamat dari fatherless.
Waktu bersama ayah
Jika ayah masih saja tergoda mementingkan hal lain dibandingkan bercengkerama dengan istri dan bermain dengan anak. Maka jangan salahkan data jika Indonesia masih bertahan dalam urutan tiga teratas negeri tanpa ayah. Fakta menyebutkan bahwa Indonesia itu hanya memiliki jumlah waktu. kebersamaan ayah dengan anaknya hanya 65 menit dalam sehari.
Benteng fatherless
Sudahlah waktu di rumah sedikit, jangan pernah sia-siakan family time dengan menikmati kesenangan sesaat. Meskipun hanya mengobrol, mendongeng, senda gurau, membaca buku, makan bersama, dan mendengarkan curhatan istri. Justru kegiatan seperti itulah yang membentengi dampak dari fatherless.
Hilangnya peran ayah
Ketika ayah tidak hadir, tidak berperan dalam pengasuhan maka kasus-kasus remaja kian merajalela. Kenapa? karena kehilangan sosok ayah yang menjadi teladan di rumah, tidak ada kedekatan ayah dan anak, dan lebih parah lagi adanya ayah di rumah malah menjadi masalah.
Dampak psikologis
Dampak psikologis dari kurang berperannya ayah dalam keluarga adalah anak menjadi kurang percaya diri, sulit mengambil keputusan, mudah terbuai rayuan, trauma, depresi, luka pengasuhan, hutang pengasuhan, dan masih banyak lagi. Ayah adalah kepala sekolah di rumah. Jika kepalanya saja tidak ada, mau kemana keluarga itu melangkah.
Lalu solusinya apa?
Dekati hatinya terlebih dahulu. Karena cinta akan bermuara pada kepatuhan. Tidak akan ada anak Patuh kepada orang tua jika dia tidak memiliki cinta dalam hatinya. Dengan berkisah, ayah bisa lebih memahami karakter, ekspresi anak, dan yang lebih penting adalah menumbuhkan jiwa ayah yang mungkin pernah hilang selama ini.