Femini – Marta (10) sedang menjaga Febi (2) adiknya yang saat itu tidak mengerti bahwa bapak mereka sedang meregang nyawa di ruang kamar, bersebelahan dengan tempat mereka bermain. Beberapa saat setelah itu, bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Marta menyaksikan bapaknya menghembuskan nafas terakhir setelah berhari-hari berjuang melawan COVID-19.
Marta dan Febi melanjutkan hidup dengan pengasuhan dari ibunya yang berjualan angkringan di pinggir Jalan Raya Klaten. Untuk itu sehari-hari Marta harus membantu menjaga Febi sementara ibu mereka menyiapkan dagangan sebelum sama-sama berangkat berjualan.
“Tidak ada yang bisa menjaga anak-anak saat saya berjualan, jadi saya harus membawa mereka juga, dan sekarang waktu bermainnya Marta jadi berkurang karena membantu saya untuk menjaga Febi,” cerita Ibu dari Marta dan Febi.
Suasana rumah yang berubah tanpa seruan dari bapak, rutinitas baru yang harus Marta jalani, peran kakak yang lebih dari sekedar mengajak adik bermain tetapi sekaligus menjaganya adalah hal-hal yang dalam hitungan hari harus ia tunaikan tanpa kesempatan memahami ataupun meresapi perasaan sedih setelah kepergian bapaknya.
Sejak pertama kali pandemi, sudah lebih dari 35.000 Anak Indonesia kehilangan satu atau kedua orangtua mereka karena COVID-19, anak-anak terpaksa untuk menerima situasi yang mendadak berubah.
Seperti Marta dan Febi, anak-anak belum mengerti bahwa bapak atau ibunya tidak akan pernah terlihat kembali.
Anak-anak seperti Marta menjadi amat rentan menghadapi permasalahan tumbuh kembang, kesehatan mental, dan berbagai tantangan dalam pemenuhan hak anak lainnya.
Berbagai bantuan materi tentunya telah dikirimkan dan diterima oleh anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya, lebih dari itu anak-anak membutuhkan dukungan psikososial untuk memastikan mereka dapat melanjutkan hidup kembali tanpa rasa takut serta khawatir akan masa depannya.
Dukungan psikososial sangat dibutuhkan untuk membantu anak-anak dapat mengerti situasi yang sedang dialami, mendapatkan ruang untuk didengar tentang apa yang mereka rasakan, serta membantu mereka bangkit kembali.
Sejak pendataan terhadap anak-anak yang kehilangan orang tua karena COVID-19 dilakukan oleh UNICEF, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan para mitra kerja di lapangan, sekitar 20.800 anak telah menerima dukungan psikososial melalui paket bermain dan belajar agar mereka bisa segera beraktivitas kembali di rumah.
Meskipun kesehariannya berubah, hidupnya tidak lagi sama tetapi masa depan mereka tetap menunggu di depan mata.